Analisis Usai Debat Perdana Pilkada Simeulue, Erli Hasim-Nurhayati Paling Dominan

Simeulue – Debat perdana Pasangan Bupati dan wakil Bupati Kabupaten Simeulue secara keseluruhan sukses digelar. Sejumlah pengamat politik di Simeulue menganalisis kekuatan paslon selama debat berlangsung.

“Saya kira terkait pengalaman, tingkat pengetahuan serta kemampuan manajerial dari setiap calon memiliki banyak perbedaan. Dalam debat ini Erli Hasim-Nurhayati, terlihat paling dominan dari Paslon lainnya,” kata Encu, seorang pemerhati politik di Simeulue, Sabtu (22/11/2024).

Orang yang memiliki latar belakang pendidikan politik dan hukum itu menilai penonton bisa melihat pengalaman kerja Erli Hasim saat memimpin Simeulue periode sebelumnya.

Meskipun pengalaman itu dijadikan Paslon lain sebagai alat menyerang balik Erli Hasim, tetapi Erli Hasim Nurhayati terlihat lugas dan tegas memberikan jawaban serta argumentasi yang bermakna serta solusi pada Paslon lainnya.

“Dalam debat itu Erli Hasim Nurhayati sangat menguasai materi debat, hasil debat perdana ini Erli Hasim Nurhayati juaranya,” ucap Encu.

Dikatakan Encu, kerja nyata Erli Hasim saat menjabat bupati Simeulue dulu mendapatkan dukungan dari Paslon lainnya. Seperti program ketahanan pangan Humasa Sebbel Khumasa Heba. Sejumlah Paslon mengakui gagasan ketahanan pangan Erli Hasim ini berhasil mengendalikan inflasi. Selain itu program pertanian itu juga diakui mampu meningkatkan produksi pertanian di Simeulue saat wilayah lainnya tengah dilanda krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 yang melanda.

“Sejumlah Cabub dan Cawabub Simeulue mengakui kehebatan gagasan Erli Hasim di bidang pertanian itu. Bahkan mereka ingin program itu lebih ditingkatkan lagi nantinya. Ini menjadi poin tersendiri bagi pasangan Erli Hasim dan Nurhayati,” ujar Encu.

Berbeda dengan Erli Hasim Nurhayati, Encu menilai Paslon lainnya dalam debat itu sering melakukan kesalahan atau ceroboh dalam memberikan jawaban. Contohnya saja yang dilakukan Paslon nomor urut satu.

Paslon yang beberapa kali membuat Simeulue mendapat penilaian buruk dari berbagai sektor saat ia menjadi penjabat bupati Simeulue itu melakukan kesalahan dengan argumennya. Paslon ini mengatakan Puskesmas pembantu (Pustu) yang ada di desa Simeulue sebagai tempat setan beranak. Pernyataan ini mendapat berbagai tanggapan keras dari masyakarat karena dianggap tidak baik diucapkan oleh seorang calon pemimpin di Simeulue.

“Ucapan seperti itu tidak baik diucapkan seorang calon pemimpin, karena bisa menimbulkan tanggapan beragam dari masyakarat karena maknanya jamak. Tetapi seperti itulah Paslon ini memang selalu menimbulkan kontroversi selama kampanye politik juga mulai dari simpatisan hingga jurkam selalu menyampaikan argumen yang kontroversial di masyakarat,” ucap Encu.

Di sisi lain, Encu tak melihat hal menonjol dari Paslon nomor urut dua saat debat berlangsung. Menurutnya, Paslon ini justru berpaku terhadap pernyataan-pernyataan yang kaku dan tidak banyak memiliki gagasan sendiri, selalu hanya mengiyakan serta menambahkan jawaban Paslon lainnya. Tidak banyak gagasan dan ide-ide yang ditonjolkan saat debat berlangsung dari Paslon ini.

“Saya melihat tidak ada sesuatu yang menonjol dari Paslon nomor dua ini karena beliau punya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman di eksekutif. Meskipun beliau pernah menjadi penegak hukum aktif, tetapi ini menjadi sangat berbeda ketika memiliki pengalaman di eksekutif,” ujarnya.

Sementara untuk Paslon dengan nomor urut empat terlihat tidak banyak bisa diandalkan saat debat berlangsung. Dari sisi kedisiplinan saja Paslon ini sudah tidak bisa dicontoh oleh masyarakat Simeulue.

“Bisa-bisanya saat debat itu cabub nya telat hadir padahal jadwal debat ini sudah ditetapkan jauh hari sebelumnya. Ini menjadi hal tidak baik pastinya mendapat penilaian yang kurang baik pula dari masyarakat,” ucap Encu.

Begitu juga dari sisi memberikan jawaban serta argumentasi dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh panelis. Paslon ini terlihat gugup dan jawaban yang diberikan jauh dari harapan. Hampir tidak ada solusi yang ditawarkan dari Paslon ini untuk kemajuan Simeulue.

“Paslon ini terlihat tidak menguasai materi debat. Paslon ini juga terlihat sangat gugup, jawaban yang diberikan terlihat relatif,” ucap Encu.

Sementara Paslon nomor urut lima menjadi Paslon yang paling tidak terlihat dalam debat tersebut. Paslon ini calon bupatinya terlihat seperti pajangan semata tidak ada argumen yang jelas dan bermakna yang disampaikan.

Justru wakil bupati dari Paslon ini yang lebih maju untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Meski terlalu banyak beretorika menyebabkan kehilangkan banyak waktu dalam setiap sesi debat sehingga jawaban yang diinginkan tidak tersampaikan.

“Paslon nomor lima ini calon bupatinya terlihat seperti pajangan saja. Justru wakilnya yang lebih menonjolkan dalam berargumen,” ujar Encu.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *